Semilir angin sepoi-sepoi
menyisir rambutku, kutuliskan sebuah harapan pada pesawat kertas dan siap untuk
menerbangkannya. Entah sampai mana pesawat tersebut akan terbang, dan nantinya
pesawat tersebut pasti akan terjatuh.
Mengikuti arah angin yang berhembus…
“Angga! Angga!” seseorang
memanggilku dengan suara cempreng. Aku menoleh kebelakang dan melihat seseorang
yang terlihat gendut sambil membawa hasil ulangan harian.
“Ada apa?? Kau selalu
mengejutkanku” kataku sambil beranjak dari kursi taman dan mendekatinya.
“Lihat! Kamu mendapatkan
nilai 100 lagi!” kata Boni
“Ternyata itu, aku kirain ada
apa” kataku sambil duduk kembali ke kursi.
“Apa kamu tidak merasa
senang?” kata Boni dengan wajah kesal.
“Biasa saja” jawabku
“jika aku yang mendapatkan
nilai 100 aku pasti akan bersujud syukur ngga!”
“Ah kamu lebay deh” cetusku
sambil mencolek pipi kanan Boni dan berlari menuju kelas karena bel sudah
berbunyi.
“Sialan, awas kamu ngga!” kata Boni dengan sangat
kesal.
“Aku pulang”. Aku membuka
pintu rumah dan melihat mamaku duduk di sofa
“Dari mana saja kamu? Kenapa
pulangnya lama sekali?” tanya mamaku dengan wajah cemas.
“Rumah Boni, mengerjakan
tugas kelompok” alasanku
“Seharusnya kamu bisa ngasih
kabar ke Mama” sambung Mama
“Yasudahlah ma, aku kan sudah
pulang” jawabku sambil menaiki tangga menuju kamarku
“Kamu memang selalu ngeyel
dibilangin” kata mamaku
Aku membuka pintu kamarku, dan terlihat dinding
dinding kamar yang bernuansa hitam. Ya benar, aku sangat suka warna hitam.
Kemudian, Aku langsung merebahkan
badanku ke kasur sambil membuka ponselku, terlihat ada 3 panggilan tak terjawab
dan 2 pesan.
Aku langsung membuka pesan tersebut. Ternyata Boni,
“Ngga kamu dimana? Jadi nggak kerumahku
nanti malam?”
“Nggaaa balas smskuuu”
“Ah Boni,.. “ kataku dalam hati
Aku langsung membalas sms tersebut
“Aku capek Bon, besok saja ya perginya.
Lagian diluar masih hujan nih”
Setelah membalas sms tersebut aku langsung tertidur
tanpa memikirkan pr sekolahku yang menumpuk.
“Aku sangat lapar nggaa” Boni memegang perutnya
“Ayo kita ke kantin” kataku sambil berjalan menuju
kantin
Sesampainya di kantin, tampak seseorang gadis berambut
panjang, mengenakan kacamata duduk di sudut kantin.
“Kelihatannya dia murid baru” kata Boni
“Eh? Ternyata kamu memperhatikannya juga”
“Dia tampak menyendiri bukan? Aku juga tidak pernah
melihatnya disekolah ini” sambung Boni
“Benar.”
“Ayo kita duduk didekatnya.” Boni menarik tanganku dan
memaksaku duduk di samping gadis itu.
“Eh?” gadis itu terkejut akan kedatangan kami
“Maaf maaf, kami tidak bermaksud—“
“Tidak apa-apa” jawabnya singkat
“Apa kamu murid baru disekolah ini?” tanya Boni
“Benar” jawabnya lagi singkat
“Perkenalkan nama ku Boni Syahendra, kelas 12 IPA 5.
Dan ini temanku, Angga Prayoga. Dia sekelas denganku” kata Boni panjang lebar
“Hai” sapaku dengan ragu
“Aleena Nadira, 12 IPA 1” kata gadis tersebut dan
langsung meninggalkan Aku dan Boni.
“Benar-benar gadis yang misterius” kataku dalam hati
Semenjak kejadian itu, aku sering melihat gadis itu,
maksudku Aleena…
Aku dan Aleena menjadi sangat dekat. Aku sering
mengantarnya sepulang sekolah. Kami juga sering jalan berdua. Ternyata Aleena
bukanlah seperti yang kubayangkan. Dia tidak seperti gadis “misterius” yang
sering kubayangkan. Aleena memiliki sifat yang sangat perhatian dan sangat
peduli terhadap setiap orang. Aku rasa aku menyukainya…
“Angga Prayoga!”
“Angga Prayoga!” Bu Susan memanggilku untuk yang kedua
kalinya
“Ehh iya Bu!”Aku tersadar dari lamunanku
“Dari tadi apa yang kamu pikirkan? Mengapa akhir akhir
ini kamu sering melamun Angga?” tanya Bu Susan dengan nada kesal
“Tidak apa-apa Bu, maafkan saya” kataku sambil
menundukkan kepala
“Baiklah, jangan ulangi hal itu lagi” Bu Susan
menunjuk ke arahku
“Baik Bu” jawabku dengan rasa malu
“Ciee sepertinya ada yang lagi jatuh cinta nihh, haha”
bisik Boni
“Sialan.”
Aku duduk di kursi taman
sambil membuat pesawat kertas seperti biasanya. Menikmati udara yang berhembus.
“Angga?” seseorang
mengejutkan ku
“Eh, Aleena” jawabku gugup
“Apa yang sedang kamu lakukan
disini?” tanya Aleena penasaran
“Hanya sedikit ritual.”
kataku
Aleena tampak terkejut
mendengar kata “ritual”
“Ritual?”
“Ya benar, aku selalu
melakukannya setiap sore” sambungku
“Boleh kah aku tahu bagaimana
ritualnya?” tanya Aleena lagi penasaran
“Tentu. Kau hanya perlu
menulis harapanmu di pesawat kertas ini dan menerbangkannya.” Kataku sambil
memberi pulpen dan pesawat kertas kepadanya.
“Baiklah. Jangan lihat!” kata
Aleena sambil tertawa
“Oke ini sudah selesai,”
Aleena memberikan pesawat kertasnya kepadaku
“Sekarang, terbangkan lah”
kataku memberikan pesawat kertas itu lagikepada Aleena
“Aku ingin menerbangkannya
bersamamu”
Seketika jantungku berdebar
kencang. Wajahku memerah dan aku merasa gugup.
“Hmm b-baiklah.” Jawabku
gemetar
Aku meraih tangan Aleena dan
segera menerbang kan pesawat kertas tersebut.
“1,2,3..” aku dan Aleena
berhitung
“Yeayy. Semoga harapanku
terkabul.” Aleena merasa senang
“Aminn” sambungku.
Hari ini aku tidak melihat
Aleena disekolah. Aku mencari dia kemana mana, namun tidak juga ketemu.
“Apa mungkin Aleena sakit?
Pikiranku
Aku berencana sepulang
sekolah akan kerumah Aleena. Mungkin saja Aleena capek dan beristirahat
dirumah.
Sesampainya dirumah Aleena,
aku melihat tidak ada seorang pun disana. Pagar tertutup rapat dan pintu
terkunci.
Tiba-tiba aku melihat
seseorang berjalan di pekarangan rumah Aleena. Ternyata dia adalah Bibi Geti,
Tukang kebun dirumah Aleena.
Aku langsung memanggil Bibi
Geti
“Bibii!” teriakku dengan
keras
“Oh den Angga, ada apa den?
Tanya Bibi Geti
“Apakah Aleena dirumah Bi?”
tanyaku penasaran
“Tidak den, kemarin non
Aleena drop dan langsung dibawa kerumah sakit.” Kata Bibi Geti
“Apa??Rumah Sakit??!”
Aku terkejut mendengar
perkataan Bibi Geti. Kemudian Aku langsung menuju rumah sakit dimana Aleena
dirawat.
“Apakah ini ruangannya
suster?”
“Iya, silakan masuk.”
Aku masuk kedalam ruangan dan
melihat Aleena tertidur.
“Aleena?” panggilku
“Aleena belum sadar dari
kemarin, kami khawatir kondisinya semakin drop” kata Pak Dokter
“Astaga, Aleenaa” air mata seketika
menetes di pipiku
“Aleena mengidap penyakit
Leukimia sejak kecil. Sampai saat sini saja suatu keajaiban baginya.” jelas Pak
Dokter
“Mengapa dia tidak
memberitahuku tentang ini?”
“Dia khawatir orang orang
disekeliling nya akan menjauhinya.”
Aku terus menemani Aleena di
Rumah Sakit. Berharap suatu hari Aleena akan bangun dan bisa menerbangkan
pesawat kertas bersamaku lagi.
“Angga?”
Aku terbangun mendengar
seseorang memanggilku. Aleena sudah sadar.
“Alhamdulillah, Aleena.”
Kataku sambil memeluk Aleena
“Mengapa kau berada disini?”
tanya Aleena
“Tidak apa-apa, aku ingin
menemanimu.” jawabku
“Bukankah kau harus sekolah?”
tanya Aleena lagi
“Tidak apa-apa Aleena. Aku
senang kau sudah sadar.”jawabku
“Maafkan aku, aku tidak
bercerita soal ini kepadamu” Aleena merasa menyesal
“Sudah, Lupakanlah.”
“Aku ingin menebusnya” Aleena
berkata serius
“Dengan cara apa?” tanyaku
sambil mengejek Aleena
“Menemanimu melakukan ritual”
“Hah? Kau belum sembuh
Aleena.” kataku terkejut
“Tapi aku ingin melakukannya.
Aku mohonn. Aku akan meminta izin Dokter.”
“Baiklah jika itu maumu.”
“Kita sampai..” kataku sambil
mendorong Aleena dengan kursi rodanya
“Ayo kita terbangkan pesawat
kertas nyaa.” Kata Aleena bersemangat
“Tulis permohonan dulu”
sambungku
“Sudah,” jawab Aleena
“Apakah aku boleh
melihatnya?”
“Tidak!” Aleena menjauhkan
pesawat kertasnya dariku
“Baiklah nona Aleena” ledekku
“Kemarilah.” Aku meraih
tangan Aleena dan bersiap menghitung
“1,2,3!” Aku berteriak dan
melepaskan pesawat kertas tersebut
“Aleena?”
“Aleena?!!”
Aku melihat hidung Aleena
mengeluarkan darah, Aleena pingsan dan tak sadarkan diri. Aku segera membawanya
kerumah sakit...
Setelah beberapa jam
kemudian, Dokter keluar ruangan dan mengatakan bahwa Aleena sudah tidak bisa
diselamatkan.
Aku begitu terpukul dengan semua ini. Hari
hari aku lalui tanpa senyuman dan canda Aleena lagi.
Seperti biasanya. saatnya aku melakukan ritual
lagi. Kutulis semua harapanku, berharap Aleena akan bahagia disana.
Kuterbangkan pesawat kertasku satu demi satu. Entah sampai mana pesawat
tersebut akan terbang, dan nantinya pesawat tersebut pasti akan terjatuh. Bukan hanya sekali, mungkin
akan terjatuh lagi…
