Senin, 14 September 2015

Cerpen Pesawat Kertas


 Semilir angin sepoi-sepoi menyisir rambutku, kutuliskan sebuah harapan pada pesawat kertas dan siap untuk menerbangkannya. Entah sampai mana pesawat tersebut akan terbang, dan nantinya pesawat tersebut pasti  akan terjatuh. Mengikuti arah angin yang berhembus…
“Angga! Angga!” seseorang memanggilku dengan suara cempreng. Aku menoleh kebelakang dan melihat seseorang yang terlihat gendut sambil membawa hasil ulangan harian.
“Ada apa?? Kau selalu mengejutkanku” kataku sambil beranjak dari kursi taman dan mendekatinya.
“Lihat! Kamu mendapatkan nilai 100 lagi!” kata Boni
“Ternyata itu, aku kirain ada apa” kataku sambil duduk kembali ke kursi.
“Apa kamu tidak merasa senang?” kata Boni dengan wajah kesal.
“Biasa saja” jawabku
“jika aku yang mendapatkan nilai 100 aku pasti akan bersujud syukur ngga!”
“Ah kamu lebay deh” cetusku sambil mencolek pipi kanan Boni dan berlari menuju kelas karena bel sudah berbunyi.
“Sialan, awas kamu ngga!” kata Boni dengan sangat kesal.


“Aku pulang”. Aku membuka pintu rumah dan melihat mamaku duduk di sofa
“Dari mana saja kamu? Kenapa pulangnya lama sekali?” tanya mamaku dengan wajah cemas.
“Rumah Boni, mengerjakan tugas kelompok” alasanku
“Seharusnya kamu bisa ngasih kabar ke Mama” sambung Mama
“Yasudahlah ma, aku kan sudah pulang” jawabku sambil menaiki tangga menuju kamarku
“Kamu memang selalu ngeyel dibilangin” kata mamaku
Aku membuka pintu kamarku, dan terlihat dinding dinding kamar yang bernuansa hitam. Ya benar, aku sangat suka warna hitam. Kemudian,  Aku langsung merebahkan badanku ke kasur sambil membuka ponselku, terlihat ada 3 panggilan tak terjawab dan 2 pesan.
Aku langsung membuka pesan tersebut. Ternyata Boni,
“Ngga kamu dimana? Jadi nggak kerumahku nanti malam?”
“Nggaaa balas smskuuu”
“Ah Boni,.. “ kataku dalam hati
Aku langsung membalas sms tersebut
“Aku capek Bon, besok saja ya perginya. Lagian diluar masih hujan nih”
Setelah membalas sms tersebut aku langsung tertidur tanpa memikirkan pr sekolahku yang menumpuk.


“Aku sangat lapar nggaa” Boni memegang perutnya
“Ayo kita ke kantin” kataku sambil berjalan menuju kantin
Sesampainya di kantin, tampak seseorang gadis berambut panjang, mengenakan kacamata duduk di sudut kantin.
“Kelihatannya dia murid baru” kata Boni
“Eh? Ternyata kamu memperhatikannya juga”
“Dia tampak menyendiri bukan? Aku juga tidak pernah melihatnya disekolah ini” sambung Boni
“Benar.”
“Ayo kita duduk didekatnya.” Boni menarik tanganku dan memaksaku duduk di samping gadis itu.
“Eh?” gadis itu terkejut akan kedatangan kami
“Maaf maaf, kami tidak bermaksud—“
“Tidak apa-apa” jawabnya singkat
“Apa kamu murid baru disekolah ini?” tanya Boni
“Benar” jawabnya lagi singkat
“Perkenalkan nama ku Boni Syahendra, kelas 12 IPA 5. Dan ini temanku, Angga Prayoga. Dia sekelas denganku” kata Boni panjang lebar
“Hai” sapaku dengan ragu
“Aleena Nadira, 12 IPA 1” kata gadis tersebut dan langsung meninggalkan Aku dan Boni.
“Benar-benar gadis yang misterius” kataku dalam hati

Semenjak kejadian itu, aku sering melihat gadis itu, maksudku Aleena…

Aku dan Aleena menjadi sangat dekat. Aku sering mengantarnya sepulang sekolah. Kami juga sering jalan berdua. Ternyata Aleena bukanlah seperti yang kubayangkan. Dia tidak seperti gadis “misterius” yang sering kubayangkan. Aleena memiliki sifat yang sangat perhatian dan sangat peduli terhadap setiap orang. Aku rasa aku menyukainya…


“Angga Prayoga!”
“Angga Prayoga!” Bu Susan memanggilku untuk yang kedua kalinya
“Ehh iya Bu!”Aku tersadar dari lamunanku
“Dari tadi apa yang kamu pikirkan? Mengapa akhir akhir ini kamu sering melamun Angga?” tanya Bu Susan dengan nada kesal
“Tidak apa-apa Bu, maafkan saya” kataku sambil menundukkan kepala
“Baiklah, jangan ulangi hal itu lagi” Bu Susan menunjuk ke arahku
“Baik Bu” jawabku dengan rasa malu
“Ciee sepertinya ada yang lagi jatuh cinta nihh, haha” bisik Boni
“Sialan.”



Aku duduk di kursi taman sambil membuat pesawat kertas seperti biasanya. Menikmati udara yang berhembus.
“Angga?” seseorang mengejutkan ku
“Eh, Aleena” jawabku gugup
“Apa yang sedang kamu lakukan disini?” tanya Aleena penasaran
“Hanya sedikit ritual.” kataku
Aleena tampak terkejut mendengar kata “ritual”
“Ritual?”
“Ya benar, aku selalu melakukannya setiap sore” sambungku
“Boleh kah aku tahu bagaimana ritualnya?” tanya Aleena lagi penasaran
“Tentu. Kau hanya perlu menulis harapanmu di pesawat kertas ini dan menerbangkannya.” Kataku sambil memberi pulpen dan pesawat kertas kepadanya.
“Baiklah. Jangan lihat!” kata Aleena sambil tertawa

“Oke ini sudah selesai,” Aleena memberikan pesawat kertasnya kepadaku
“Sekarang, terbangkan lah” kataku memberikan pesawat kertas itu lagikepada Aleena
“Aku ingin menerbangkannya bersamamu”
Seketika jantungku berdebar kencang. Wajahku memerah dan aku merasa gugup.
“Hmm b-baiklah.” Jawabku gemetar
Aku meraih tangan Aleena dan segera menerbang kan pesawat kertas tersebut.
“1,2,3..” aku dan Aleena berhitung
“Yeayy. Semoga harapanku terkabul.” Aleena merasa senang
“Aminn” sambungku.


Hari ini aku tidak melihat Aleena disekolah. Aku mencari dia kemana mana, namun tidak juga ketemu.
“Apa mungkin Aleena sakit? Pikiranku
Aku berencana sepulang sekolah akan kerumah Aleena. Mungkin saja Aleena capek dan beristirahat dirumah.
Sesampainya dirumah Aleena, aku melihat tidak ada seorang pun disana. Pagar tertutup rapat dan pintu terkunci.
Tiba-tiba aku melihat seseorang berjalan di pekarangan rumah Aleena. Ternyata dia adalah Bibi Geti, Tukang kebun dirumah Aleena.
Aku langsung memanggil Bibi Geti
“Bibii!” teriakku dengan keras
“Oh den Angga, ada apa den? Tanya Bibi Geti
“Apakah Aleena dirumah Bi?” tanyaku penasaran
“Tidak den, kemarin non Aleena drop dan langsung dibawa kerumah sakit.” Kata Bibi Geti
“Apa??Rumah Sakit??!”
Aku terkejut mendengar perkataan Bibi Geti. Kemudian Aku langsung menuju rumah sakit dimana Aleena dirawat.


“Apakah ini ruangannya suster?”
“Iya, silakan masuk.”
Aku masuk kedalam ruangan dan melihat Aleena tertidur.
“Aleena?” panggilku
“Aleena belum sadar dari kemarin, kami khawatir kondisinya semakin drop” kata Pak Dokter
“Astaga, Aleenaa” air mata seketika menetes di pipiku
“Aleena mengidap penyakit Leukimia sejak kecil. Sampai saat sini saja suatu keajaiban baginya.” jelas Pak Dokter
“Mengapa dia tidak memberitahuku tentang ini?”
“Dia khawatir orang orang disekeliling nya akan menjauhinya.”

Aku terus menemani Aleena di Rumah Sakit. Berharap suatu hari Aleena akan bangun dan bisa menerbangkan pesawat kertas bersamaku lagi.

“Angga?”
Aku terbangun mendengar seseorang memanggilku. Aleena sudah sadar.
“Alhamdulillah, Aleena.” Kataku sambil memeluk Aleena
“Mengapa kau berada disini?” tanya Aleena
“Tidak apa-apa, aku ingin menemanimu.” jawabku
“Bukankah kau harus sekolah?” tanya Aleena lagi
“Tidak apa-apa Aleena. Aku senang kau sudah sadar.”jawabku
“Maafkan aku, aku tidak bercerita soal ini kepadamu” Aleena merasa menyesal
“Sudah, Lupakanlah.”
“Aku ingin menebusnya” Aleena berkata serius
“Dengan cara apa?” tanyaku sambil mengejek Aleena
“Menemanimu melakukan ritual”
“Hah? Kau belum sembuh Aleena.” kataku terkejut
“Tapi aku ingin melakukannya. Aku mohonn. Aku akan meminta izin Dokter.”
“Baiklah jika itu maumu.”


“Kita sampai..” kataku sambil mendorong Aleena dengan kursi rodanya
“Ayo kita terbangkan pesawat kertas nyaa.” Kata Aleena bersemangat
“Tulis permohonan dulu” sambungku
“Sudah,” jawab Aleena
“Apakah aku boleh melihatnya?”
“Tidak!” Aleena menjauhkan pesawat kertasnya dariku
“Baiklah nona Aleena” ledekku
“Kemarilah.” Aku meraih tangan Aleena dan bersiap menghitung
“1,2,3!” Aku berteriak dan melepaskan pesawat kertas tersebut
“Aleena?”
“Aleena?!!”
Aku melihat hidung Aleena mengeluarkan darah, Aleena pingsan dan tak sadarkan diri. Aku segera membawanya kerumah sakit...

Setelah beberapa jam kemudian, Dokter keluar ruangan dan mengatakan bahwa Aleena sudah tidak bisa diselamatkan.
 Aku begitu terpukul dengan semua ini. Hari hari aku lalui tanpa senyuman dan canda Aleena lagi.
 Seperti biasanya. saatnya aku melakukan ritual lagi. Kutulis semua harapanku, berharap Aleena akan bahagia disana. Kuterbangkan pesawat kertasku satu demi satu. Entah sampai mana pesawat tersebut akan terbang, dan nantinya pesawat tersebut pasti  akan terjatuh. Bukan hanya sekali, mungkin akan terjatuh lagi…

Ini adalah cerpen buatan saya sendiri. jadi, maaf jika tidak bagus hehe:D 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar